Touring; Bromo-Kawah Ijen-Baluran #1
01.12
Seminggu
pasca lebaran, konkret seperti apa yang kami rencanakan tepatnya aku dan dua
teman asramaku untuk melakukan touring ke beberapa tempat wisata alam di Jawa
Timur. Mereka tiba di rumah Selasa, 5 Agustus 2014. Memilih untuk singgah di
rumahku karena memang rumahku yang berada di Probolinggo, Jawa Timur. Tempat
yang ingin kami kunjungi yaitu Bromo (Probolinggo), Taman Nasional Baluran
(Situbondo) dan Kawah Ijen (Banyuwangi). Parahnya dan super nekat kami memilih
menggunakan sepeda motor menuju ke tiga tempat itu, karena sehabis browsing di
google map kami pikir hanya membutuhkan waktu yang sebentar dan praktis jika menggunakan motor.
Baiklah,
setelah atur rencana kami memilih untuk pergi ke Gunung Bromo terlebih dahulu.
Berharap bisa melihat sunrise disana, so kami berangkat pukul 04.00 pagi hari
Rabu. Padahal niat awal pukul 03.00 pagi sudah harus cuss keluar dari rumah,
tapi ternyata orang tuaku tidak mengizinkan untuk berangkat sepagi itu. Oke,
berangkatlah kami dengan dua motor empat orang, ketambahan satu sepupuku. Oh iya,
FYI, kami pergi hanya berempat orang cewek aja lho. Berani banget kan? Haha.
Well,
langit masih gelap dibarengi dengan hembusan angin yang dingin, pintu-pintu
rumah masih tertutup rapat, lampu-lampu pun masih hidup, jalanan juga terlihat
sangat sepi, kami memberanikan diri untuk berangkat. Jujur, kalo aku sih
berani-berani aja asal ada temennya hehe. Perjalanan pertama, aku yang
mengendarai motor dan membonceng sepupuku. Selama perjalanan, hanya ada suara
dua motor yang terdengar. Motor yang aku tunggangi dan motor yang ada
dibelakangku yang temanku tunggangi. Kami juga sempat berhenti di masjid untuk menunaikan sholat shubuh terlebih dahulu.
Sesampainya
di jalan tanjakan, aku agak kesusahan mengendarai motorku. Karena memang motor
yang aku tunggangi motor bergigi, maksudnya bukan motor matic yang langsung
tancap gas gituuu. Yang temanku tunggangi juga sama, motor bergigi. Jadi mau
tukaran juga rasanya sama saja. Alhasil aku memutuskan untuk nebeng, hehehe.
Jalan
yang menanjak dan berkelak kelok sangat wajar jika membutuhkan waktu yang agak
lama, kurang lebih satu setengah jam dari rumah. Tapi ternyata motor yang
ditunggangi temanku kurang beruntung. Mereka harus berhenti di pertengahan
jalan gegara bannya bocor. Kami baru mengetahui informasi kalo ternyata ban
motor mereka bocor setelah sampai di lokasi gunung bromonya, soalnya baru buka
handphone. Dan memang selama perjalanan kami berada di depan + ngebut demi
melihat keindahan sunrise. Kami ngak sadar kalo ternyata mereka tertinggal jauh
dari jarak kami.
Tiba
di lokasi wisata gunung bromo sekitar pukul 05.45 pagi. Sunrise ngak dapet yang
ada malah bingung. Gegara teman kami masih dibawah nunggu bengkel motor ada
yang buka. Kami bingung harus turun ke bawah atau nunggu disini. Akhirnya kami
memilih untuk turun berniat mancarikan bengkel. Dan alhamdulillah, ada bengkel
yang mau membantu benerin motor yang ditunggangi temenku itu. Soalnya kata
temenku, sebelumnya sudah ada dua bengkel yang dimintain tolong tapi si tukang
bengkel ngak mau bantu karena ada urusan. Okey, mereka bilang udah hampir putus
asa karena pikirnya bakal ngak bisa pulang. Haha.
And
you know what? Kenapa si ban itu bocor? Ternyata ban dalamnya
putus sodara-sodara. Kami ngak nyangka, kenapa si ban dalamnya bisa putus gitu.
Oh my... haha..
Alhamdulillah
sekitar pukul 8 pagi, motor sudah bisa ditunggangi lagi. Kami memilih untuk
naik ke atas lagi. Sesampainya di sana atau lokasi wisata gunung bromo, kami
bingung gimana caranya melewati lautan pasir yang begitu luas menuju gunung
bromo itu. Sebenernya sih kami bisa, tapi karena ada para tukang ojek yang
merecoki kami dan menakut-nakuti yang katanya pasirnya itu dalam dan nanti kalo
yang ngak biasa bisa jatuh, apalagi katanya kami cewek-cewek. Dalam hati “Bapak
ini, belum tau ya siapa kami?” Ya memang sih, rasa takut itu ada dan memang
jarang banget ditemuin anak perempuan yang ngendarai motor melewati lautan
pasir itu. “Aaaaaahhh...tapi si bapak para tukang ojek ini mah cuma
nakut-nakutin doang, biar kami naik ojeknya terus bayar ongkos 50ribu
bolak-balik.” Kalo aku pribadi sih ngak mau naik ojek bukan karena ongkosnya yang
mahal, tapi karena pengin nyoba aja. Belum mau menyerah gitu aja *masang
lirikan sinis*
Oke,
akhirnya kami bilang ke bapaknya kalo kita mau nyoba turun ke lautan pasir naik
motor sendiri dulu. Kalo misalnya nanti ngak bisa, kita naik ojek bapaknya. Eeeeehhh...
giliran udah mau mulai ngelewati lautan pasirnya, si bapak tukang ojek muncul
lagi di belakang kita. Dia bilang, “Hati-hati lho mbk..pasirnya dalem, tadi aja
yang naik motor fixion jatuh. Apalagi mbaknya cewek-cewek gitu. Kasian motornya mbk.” Astagaaaaaaa, bapak iniiiiiiiiiiiiii??!!!!!! Buntutin aja
kerjaannya. Pffttt. Karena sepupuku itu ternyata takut dan lebih percaya sama
si bapak tukang ojek itu, akhirnya dia bareng sama bapaknya. So, aku boncengan
sama mbk muji buat nahan di belakang kalo misalnya jatuh dan mbk noni
sendirian. Sesekali aku gantian dengan mbk muji.
Setibanya di parkiran menuju kawah gunung bromo, kami langsung parkir dan naik ke atas. Rupanya lagi sepi pengunjung. Di lihat dari parkirannya saja cuma sedikit. Selama perjalanan naik menuju kawah, sumpah anginnya kenceng banget ditambah pasir dan debu yang jadi satu berterbangan bareng angin. Jaketku yang semula warnanya hitam jadi agak kecoklatan gara-gara penuh debu. So, saran dariku buat kalian yang mau main ke gunung bromo, wajib bawa masker penutup hidung, kacamata biar ngak kemasukan debu, jaket, kaos tangan, kaos kaki, biar ngak item. Hehehe. Sampai di kawahnya jangan lupa maskernya dipakai, soalnya bau belerang. Dan menghirup bau belerang kalo lama-lama juga ngak bagus.
begini lah suasana sepanjang perjalanan menuju kawah gunung bromo.
Sampai di
kawahnya kita berhenti sebentar buat memperhatikan kawah dan pemandangan
sekitar + foto-foto.
beginilah kondisi kawah gunung bromo.
Setelahnya, kita kembali turun. Dan tentunya melewati
lautan pasir lagi untuk keluar dari lingkaran gunung bromo. Btw, melewati
lautan pasir kami membutuhkan waktu 15 menit tanpa jatuh. Alhamdulillah... Si
bapak ojek ngak percaya sih kalo kami pasti bisa lewat lautan pasir itu.
Walaupun sesekali yang dibonceng harus turun gegara kalo ngelewati yang pas
pasirnya dalem motornya ngak kuat buat lewat. Hehe. Tapi seenggaknya, kami
bangga sama diri kami sendiri, ternyata kami bisa lewat lautan pasir itu, yang
katanya kalo cewek ngak bisa lewat. Hmm, kata siapa? Ngak percaya ah, buktinya
kami bisa tuh :p
Jadi buat
kalian para wanita saranku harus percaya diri. Selama kalian yakin bahwa
kalian bisa pasti hasilnya juga positif sejalan dengan apa yang kita pikirkan.
coba tebak aku yang mana??? hahaha.
1 komentar
Halo, Indana, di foto kamu pasti yang tutup mulut itu kan :p
BalasHapus