Masyarakat Jogja Serentak Mengucapkan "Alhamdulillah" #Kelud #2

17.56

Pemirsa, bersama saya indana dalam hal ini melaporkan bahwasannya selang beberapa hari ini pasca letusan gunung kelud membuat hujan abu vulkanik atau yang biasa dipanggil anik (nickname: anik, fullname: abu vulkanik) tersebut terjadi begitu parah di berbagai kota di pulau jawa, khususnya kota Yogyakarta. Semua berubah menjadi putih dan penuh abu seketika. Hujan yang ditunggu-tunggu pun tak kunjung tiba. Namun, setelah beberapa hari dengan cukup sabar dan atas doa warga jogja pula, hujan yang ditunggu-tunggu pun turun juga. Mari kita ucapkan "alhamdulillah" bersama. Demikian kami laporkan dari wilayah tugu jogja, Yogyakarta.

Hehehe, begitulah keadaan saat ini di kota Yogyakarta. Maklum, sedang ngidam pengin jadi reporter.
Tapi memang benar, hujan tak kunjung turun pasca letusan gunung kelud kurang lebih tiga hari lamanya. Hujan yang biasanya tak diharapkan kehadirannya kini jadi sangat sangat sangaaaattt diharapkan. Bagaimana tidak? Abu yang menghiasi kota Jogja begitu parah dan aku rasa sangat mengganggu baik itu dari segi kesehatan juga aktivitas masyarakat.

Namun berkat turunnya hujan abu vulkanik tersebut membuat kota Jogja berasa seperti negara-negara yang ada di eropa atau negara-negara jazirah arab yang penuh lautan padang pasir. Dan momen ini dimanfaatkan oleh remaja-remaja narsis yang kemudian meng-uplodnya di berbagai media jejaring sosial. *Oke, biarkan. Harap dimaklumi saja guys. Mari kita lanjut ke wacana berikutnya.

Begitu pula dengan tempat kuliah dan sekolah-sekolah, masih tetap diliburkan karena sangat tidak memungkinkan keadaannya untuk proses belajar mengajar. Warung-warung, angkringan-angkringan dan berbagai tempat makan lainnya pada tutup, kecuali McD, KFC, Papa Rons, yaa semacam itulah yang tetap menyediakan makanan karena tempatnya yang tertutup. Cukup ramai ketika aku survey kemarin. Ada dua kemungkinan yang pada makan disana. Pertama karena memang pengin makan di tempat itu (McD, KFC dan semacamnya) dan kedua terpaksa. Terpaksa harus makan di tempat itu karena tidak ada warung makan yang buka. Atau alternatif lain yang biasa anak kos lakukakan yaitu masak mie intan #heuheu. Aku yakin banget di saat seperti itulah anak kos pada menderita. Bingung cari makan dan galau pengin pulang. Hm, bersabarlah.

Okey, by the way anyway busway, sungguh tak kusangka kalau si kelud ikut merayakan ultahku pas di tanggal 14 februari kemarin. Disambut dengan taburan abu. Wow, keren kan? Really make me surprised and speechless. Nggak apa deh, biar ada cerita kalau ultahku di tahun ini pas bertepatan dengan meletusnya gunung kelud. Haha.

"Tiup abunya..tiup abunya..tiup abunya sekarang jugaa, sekarang jugaa, sekarang jugaaa.."
Ya, begitulah yang teman-teman ucapkan padaku -____-

tapi ternyata tidak juga, thanks guys! ;)

Nah, yang kasiannya lagi, selang dua hari pasca meletusnya gunung kelud adalah jadwal wisuda kakak-kakak tingkat di kampusku tepatnya hari Sabtu tanggal 15 februari. Bagaimana tidak kasian? Hari yang ditunggu-tunggu yaitu momen kelulusan dimana momen yang akan diingat dalam hidup.

"Mamaaaaaa, akhirnya aku lulus juga.." >> bisa dibayangkan dia lulus setelah berapa tahun?



Begini lah suasana depan halaman sportorium atau tempat digunakannya acara wisuda berlangsung.
Masih penuh dengan abu. Dan akibat dari hujan abu ini, alhasil acara wisuda kemarin lah yang paling sepi dibanding dengan tahun-tahun yang lalu.

Sangat tidak asik juga kalau udah dandan cantik dengan make up elok ala syahrini, kemudian gara-gara hujan abu akhirnya pada nempel di wajah. Haha. Begitu pula dengan para tukang foto yang biasa hadir di acara wisuda, mungkin belum rezeki mereka, karena memang sedikit sekali yang mempunyai keinginan untuk foto di tempat abang-abang tukang foto itu. Yasudah, tak apa, biar ada cerita juga seperti hari ultahku. Kalau ditanya teman, "kamu wisuda waktu kapan? waktu meletusnya gunung kelud bro". Haha. Sabar yaa kakak-kakakku yang ganteng dan cantik.

Jadi intinya, saat ini seluruh warga Yogyakarta sedang mengharapkan kehadiran hujan, karena memang solusi untuk menghilangkan atau mengurangi polusi abu tersebut adalah dengan hujan. Dengan begini kami baru bisa merasakan betapa nikmatnya hujan. Astagfirullah. Ya Tuhan, maafkan kami. Kami khilaf.

Akhirnya di malam hari yang lalu, hujan turun cukup deras. Masyarakat Yogyakarta pun serentak mengucapkan  puji syukur. Terbukti dengan adanya media jejaring sosial, orang-orang memperbarui status mereka dengan ucapan syukur "Alhamdulillah, hujan..."

You Might Also Like

0 komentar